Instalasi dan remote debian 12 mode CLI.
A. Tujuan Pembelajaran :
Mengetahui apa itu sistem operasi debian 12.
Mengetahui fungsi dan kelebihan serta sistem operasi debian 12.
Mempelajari bagaimana cara menginstall debian 12.
Mempelajari bagaimana cara meremote server debian 12 dengan aplikasi PuTTY, dan Command Prompt.
B. Materi Pembelajaran :
Debian 12 adalah versi terbaru dari sistem operasi Debian, yang merupakan salah satu distribusi Linux yang paling stabil dan banyak digunakan. Debian dikenal karena stabilitas, keamanan terhadap prinsip-prinsip perangkat lunak bebas. Fungsi Debian 12:
Sistem Operasi Universal: Debian 12 dapat digunakan sebagai sistem operasi desktop, server, atau sistem embedded. Ini menyediakan berbagai alat dan aplikasi untuk keperluan pribadi, profesional, dan bisnis.
Manajemen Paket dan Aplikasi: Debian 12 menggunakan sistem manajemen paket APT (Advanced Package Tool) yang memudahkan instalasi, penghapusan, dan pembaruan perangkat lunak.
Lingkungan Desktop: Menyediakan berbagai lingkungan desktop seperti GNOME, KDE Plasma, Xfce, dan LXDE, memungkinkan pengguna untuk memilih antarmuka yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Keamanan dan Pembaruan: Menyediakan pembaruan keamanan dan perbaikan bug secara teratur, berkat dukungan dari tim keamanan Debian.
Server dan Infrastruktur: Cocok untuk digunakan sebagai server web, server basis data, server file, dan berbagai aplikasi server lainnya.
Kelebihan Debian 12:
Stabilitas Tinggi: Debian 12 dirancang untuk memberikan pengalaman yang stabil dan dapat diandalkan.
Keamanan: Keamanan debian yang aktif akan memantau dan merespons masalah keamanan.
Repositori Paket yang Luas: Debian 12 menawarkan akses ke ribuan paket perangkat lunak yang terkelola dengan baik dan kompatibel, memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menemukan dan menginstal perangkat lunak yang mereka butuhkan.
Dukungan Berbagai Arsitektur: Mendukung berbagai arsitektur perangkat keras, termasuk x86_64, ARM, MIPS, dan lainnya, membuatnya fleksibel untuk berbagai jenis perangkat.
Keterbukaan: Banyak dari perangkat lunaknya dapat dimodifikasi dan didistribusikan ulang.
C. Alat dan Bahan :
Laptop/PC
Aplikasi Virtual Box
Aplikasi PuTTY
CMD.
D. Langkah Kerja :
Pastikan perangkat PC/Laptop telah terhubung dengan koneksi internet yang lancar.
Download file ISO Debian 12. Jika sudah, buka aplikasi virtual box. Klik New untuk membuat virtual machine Debian 12 yang baru.
Kemudian, berikan format penamaan dari virtual machine yang akan dibuat dengan nama “Instalasi Debian 12 mode CLI”. Pilih Lokasi file untuk menyimpan virtual machine tersebut. Gunakan Type Linux dengan Version Debian 64. Klik Next.
Sesuaikan penggunaan RAM dan Prosesor sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan operasi. Klik Next.
Sesuaikan kembali ukuran dari virtual hard disk yang digunakan, misalnya untuk menggunakan hard disk 75 GB. Klik Next.
Cek kembali pengaturan dari konfigurasi yang akan digunakan untuk membuat virtual machine yang baru. Klik Finish apabila konfigurasi yang dibuat telah sesuai.
Pilih virtual machine yang telah dibuat, lalu klik Settings untuk melakukan beberapa perubahan.
Terdapat 10 menu yang ada pada setting. Yaitu General, System, Display, Storage, Audio, Network, Serial Ports, USB, Shared Folders, dan User Interface.
Pilih di bagian Network dan gunakan Host-only Adapter.
Host-Only Adapter digunakan untuk jaringan lokal terbatas antara host dan VM. Misalnya :
Menghubungkan VM hanya dengan host (komputer fisik tempat VM berjalan).
VM tidak memiliki akses langsung ke jaringan eksternal (seperti internet).
Berguna untuk membangun jaringan lokal antar VM dan host tanpa interaksi dengan jaringan eksternal.
IP address diberikan dari range yang ditentukan oleh host, biasanya menggunakan subnet tertentu yang berbeda dari jaringan eksternal.
Jika sudah, pilih menu Storage untuk memasukkan file ISO dari Debian 12. Klik OK jika sudah.
Kemudian, klik tombol Start untuk menjalankan dan mengkonfigurasi sistem debian 12 yang akan digunakan.
Setelah menjalankan virtual machine, akan ditampilkan menu BIOS dari debian 12. Untuk tampilan menu BIOS ini, gunakan tombol yang ada pada keyboard.
Agar konfigurasi yang dilakukan tidak terlalu berat, gunakan mode CLI (Teks) dengan memilih menu Install. Jika ingin menggunakan mode GLI (Gambar) gunakan Graphical Install.
Pilih penggunaan bahasa yang disesuaikan selama proses penginstalan. Selain itu, bahasa yang dipilih juga akan menjadi bahasa default(bawaan) yang digunakan dalam instalasi sistem.
Atur penggunaan dari lokasi untuk menentukan zona waktu. Pilih Other untuk lokasi/negara lainnya yang ditempati.
Pilih menu Asia. Klik Enter.
Terdapat banyak pilihan negara yang ada pada menu Asia. Pilih Indonesia. Klik Enter untuk melanjutkan.
Pilih penggunaan zona waktu yang digunakan sesuai dengan pengaturan yang dibuat.
Pilih penggunaan Keymap. Keymap (peta tombol) adalah pengaturan yang mengaitkan setiap tombol atau kombinasi tombol pada keyboard dengan karakter, fungsi, atau perintah tertentu pada sistem komputer. Keymap menentukan bagaimana input dari keyboard diterjemahkan menjadi tindakan atau teks yang dimengerti oleh sistem operasi atau aplikasi. Klik Enter.
Tampilan selanjutnya akan diminta untuk memilih metode dalam mengkonfigurasi Network. Pilih konfigurasi secara manual. Tekan Enter.
Untuk menambahkan/menggunakan IP Address. Cek terlebih dahulu penggunaan IP Address yang ada pada komputer/laptop. Pada Laptop saya menggunakan 192.168.125.219. Dengan Subnet 255.255.255.0.
Untuk itu ganti oktet ke 4 dari IP Address tersebut agar tidak terjadi bentrokan pengiriman paket.
Gunakan Subnet mask sesuai dengan IP yang digunakan didalam jaringan lokal.
Gunakan Gateway yang sama dengan gateway yang digunakan pada PC, yaitu 192.168.125.199.
Buat nama alamat server untuk penggunaan hostname pada jaringan. Penggunaan nama server ini, tidak diperbolehkan menggunakan tanda koma (,).
Buatlah penamaan hostname yang digunakan untuk sistem pengoperasian debian.
Lewati penggunaan domain name sebagai alamat internet dari host name.
Buat password untuk root. Pastikan password yang digunakan mudah diingat dan bervariasi, dikarenakan root memiliki izin penuh untuk melakukan apa pun di sistem, termasuk mengubah konfigurasi sistem, menginstal atau menghapus perangkat lunak, dan mengakses semua file. Akses root memiliki kekuatan penuh, penggunaannya harus sangat hati-hati untuk menghindari kerusakan sistem atau pelanggaran keamanan.
Konfirmasi ulang penggunaan password root untuk memastikan bahwa password yang digunakan telah sesuai.
Buat lah user account dengan nama lengkap sebagai informasi.
Selanjutnya buat username untuk akun. Username yang digunakan bisa menggunakan kombinasi angka atau tanda lain.
Masukkan kata sandi dari user yang digunakan.
Konfirmasi ulang penggunaan user password untuk memastikan bahwa password yang digunakan telah sesuai.
Selanjutnya, akan dimintai tampilan untuk mengkonfigurasi penggunaan waktu berdasarkan bahasa dan negara yang dipilih.
Karena pada konfigurasi sebelumnya menggunakan lokasi Asia, Indonesia. Maka pilih kota yang sesuai dengan zona waktu yang digunakan.
Jika sudah, maka akan terdapat 4 menu pilihan untuk membagi harddisk atau SSD (Solid State Drive) menjadi beberapa bagian yang disebut partisi.
Guided-use entire disk = Menggunakan seluruh disk untuk membuat partisi secara otomatis. Sistem akan menentukan skema partisi yang optimal tanpa memerlukan interaksi lebih lanjut.
Guided-use entire disk and set up LVM = Menggunakan seluruh disk dan mengatur Logical Volume Management (LVM) yang lebih fleksibel, serta melakukan perubahan ukuran partisi tanpa perlu menghentikan sistem.
Guided-use entire disk and set up encrypted LVM = Menggunakan seluruh disk dan mengatur LVM, serta melakukan beberapa enkripsi. Enkripsi membantu melindungi data dari akses yang tidak sah.
Manual = Mengkonfigurasi partisi secara manual dengan membagi dan mengatur partisi disk. Pengguna memiliki kontrol penuh untuk membuat, menghapus, atau mengubah ukuran partisi sesuai keinginan.
Gunakan partisi table SCS13 (0,0,0) (sda) - 80,5 GB ATA VBOX HARDDISK. Baris ini menunjukkan disk fisik yang tersedia untuk partisi. "sda" adalah penanda untuk disk pertama, dengan ukuran 80.5 GB.
Klik enter di bagian YES untuk membuat partisi table terbaru.
Disini, kita akan membuat sebanyak 4 partisi yang dimana :
20GB digunakan untuk ext 4
2GB digunakan sebagai SWAP area (bagian dari hard disk yang digunakan sebagai memori tambahan ketika RAM fisik penuh. Ketika aplikasi membutuhkan lebih banyak memori daripada yang tersedia di RAM, data yang jarang diakses dapat dipindahkan ke SWAP area, sehingga RAM dapat digunakan untuk tugas yang lebih aktif. Sehingga membantu meningkatkan kinerja sistem, meskipun akses ke SWAP area biasanya lebih lambat dibandingkan dengan RAM.
25GB sebagai mount sehingga isinya bisa diakses oleh sistem operasi dan nama pengguna yang tercantum. Serta menggunakan ext 3.
Gunakan Ext 4 untuk partisi yang ke empat yang dimana merupakan sisa dari disk yang masih tersedia.
Buat partition disk for 25GB-Mount team11-Ext3.
Pilih opsi Create a new partition.
Masukkan ukuran partisi sebesar 25GB
Terdapat 2 opsi untuk memilih tipe dari partisi yang dibuat. Diantaranya ialah Primary dan Logical. Partisi primary memiliki 4 partisi maksimal yang bisa dibuat di satu hard disk. Salah satu dari partisi primary ini dapat dijadikan partisi aktif yang dapat memuat sistem operasi dan digunakan untuk booting. Selain itu, partisi primary dapat langsung digunakan untuk menyimpan data atau menginstal sistem operasi.
Sedangkan partisi logical, dibuat dalam sebuah partisi extended. Partisi extended dihitung sebagai salah satu dari 4 partisi yang bisa dibuat pada hard disk. Dalam partisi logical tidak ada batasan jumlah partisi logis dalam satu partisi extended, jadi bisa membuat lebih dari 4 partisi secara total. Namun, tidak dapat dijadikan partisi aktif untuk booting sistem operasi, tetapi tetap bisa digunakan untuk menyimpan data. Pilih partisi primary untuk membuat partisi yang aktif.
Jika sudah, buat mount point. Mount point adalah direktori di sistem file yang digunakan sebagai titik tempat partisi atau perangkat penyimpanan lain diakses oleh sistem operasi.
Buat konfigurasi partisi mount point secara manual.
Masukkan nama direktori/mount point yang akan digunakan.
Jika sudah, ubah penggunaan partisi Ext4 Journaling file system menjadi Ext3.
Pilih menu Ext3 journaling file system, yang dimana akan memformat partisi tersebut menggunakan sistem file Ext3 (Third Extended Filesystem). Ext3 adalah sistem file yang digunakan di banyak distribusi Linux dan merupakan peningkatan dari Ext2 dengan tambahan fitur journaling. Klik Enter untuk memilih dan melanjutkan.
Pilih Done setting untuk membuat partisi berikutnya.
Buat partisi yang kedua yang akan digunakan sebagai SWAP area.
Berikan ukuran partisi sebesar 2GB untuk digunakan sebagai SWAP Area
Gunakan tipe partisi sebagai logical.
Terdapat 2 opsi yaitu Beginning dan End. Jika memilih beginning, akan menempatkan partisi di awal disk fisik. Biasanya, partisi yang ditempatkan di awal disk memiliki performa yang lebih baik karena berada lebih dekat dengan hard drive (pada hard drive tradisional). Yang berarti waktu akses yang lebih cepat. Partisi yang ditempatkan di awal disk sering digunakan untuk sistem operasi atau data yang memerlukan akses cepat. Opsi End akan menempatkan partisi di bagian akhir disk fisik. Partisi tersebut akan berada lebih jauh dari awal disk dan mungkin memiliki waktu akses yang sedikit lebih lambat. Partisi yang ditempatkan di akhir disk digunakan untuk data yang tidak memerlukan akses yang sangat cepat, seperti partisi cadangan (backup) atau penyimpanan data yang jarang digunakan.
Gunakan Partisi disk sebagai Beginning. Klik Enter untuk memilih
Maka, langkah selanjutnya yang dilakukan ialah menggunakan partisi 2GB ini sebagai swap area, dengan mengubah menu “Ext4” pada opsi Use as menjadi swap area.
Klik enter pada opsi swap area.
Klik Done setting up the partition.
Kemudian, buat partisi yang ketiga.
Pilih Create a new partition.
Gunakan ukuran sebesar 20GB sebagai Ext 4. Tekan tombol enter pada bagian Continue, untuk melanjutkan.
Klik enter pada tipe partisi di opsi Primary.
Pilih lokasi beginning untuk partisi ini.
Jika penggunaan partisi ini sudah menggunakan Ext4, tekan enter pada bagian Done setting up the partition.
Sekarang, tinggal membuat partisi yang ke 4 sebagai sisa partisi yang telah digunakan.
Buat partisi baru.
Untuk menentukan ukuran file ini, tidak perlu diubah, karena partisi ini merupakan sisa partisi yang tidak digunakan.
Tekan enter pada done setting up untuk melanjutkan ke langkah berikutnya.
Terdapat 4 partisi yang telah dibuat, untuk itu klik enter pada Finish partitioning and write to disk.
Pilih yes untuk menulis perubahan dari partisi disk yang telah dibuat.
Tekan enter pada opsi NO. Untuk proses scanning extra installation media mengarah pada tindakan di mana sistem atau perangkat lunak instalasi (misalnya, installer OS) memindai media instalasi tambahan seperti USB, CD/DVD, atau sumber lain yang berisi paket-paket instalasi atau file tambahan. Tujuan dari proses ini adalah untuk menemukan paket atau file yang mungkin diperlukan selama instalasi.
Pilih opsi Go Back untuk menemukan mirror dari debian. Mirror country atau pemilihan negara atau wilayah geografis yang merupakan tempat mengunduh paket-paket perangkat lunak yang diperlukan selama instalasi atau pembaruan sistem.
Tekan enter pada opsi Yes menyetujui tidak menggunakan network mirror.
Selanjutnya, akan dimintai apakah akan menggunakan konfigurasi dari popularity-contest atau tidak. Popularity-contest adalah sebuah paket yang dapat diinstal untuk melaporkan secara anonim paket-paket perangkat lunak yang terinstal dan digunakan di sistem Anda. Informasi ini kemudian dikumpulkan oleh pengelola Debian untuk membantu mereka memahami paket-paket mana yang paling populer di kalangan pengguna. Jika memilih "Yes”, popularity-contest akan diaktifkan, dan sistem operasi akan mulai mengirimkan laporan anonim secara berkala. Apabila “No” popularity-contest tidak akan diinstal atau diaktifkan, dan tidak ada data yang akan dikirimkan. Untuk itu, klik opsi NO.
Tekan tombol spasi pada keyboard untuk mengaktifkan/menonaktifkan standard system utilities. Aktifkan standard system utilities. Standard System Utilities adalah sekumpulan paket perangkat lunak dasar yang biasanya dibutuhkan oleh hampir setiap sistem Linux untuk berfungsi dengan baik. Paket-paket ini menyediakan berbagai alat dan utilitas dasar yang berguna untuk manajemen dan pemeliharaan sistem. Meskipun tidak terlihat oleh pengguna awam, utilitas ini sangat penting untuk menjaga sistem agar tetap berfungsi dengan baik. Klik enter di bagian Continue.
Konfirmasi instalasi penggunaan GRUB boot loader untuk primary drive. Menginstal GRUB boot loader ke primary drive sangat penting untuk memastikan bahwa sistem dapat melakukan booting dengan benar dan memberikan fleksibilitas untuk memilih atau memulihkan sistem operasi saat diperlukan. Tanpa GRUB atau boot loader lain yang terinstal di primary drive, komputer/laptop mungkin tidak bisa memuat sistem operasi apapun, kecuali ada boot loader lain yang sudah ada di drive tersebut. Tekan enter pada opsi Yes.
Maka, akan tampil 2 pilihan dari perangkat yang akan digunakan untuk melakukan instalasi pada boot loader. Jika memilih enter device manually, maka akan membuat device secara manual yang tentunya akan memakan waktu. Untuk itu, gunakan perangkat /dev/sda untuk melakukan boot loader installation secara otomatis.
Kemdian, instalasi dari boot loader sudah selesai, untuk menerapkan/menggunakan boot loader tersebut Klik Continue untuk melakukan reboot.
Jika proses reboot telah selesai. Tampilan selanjutnya ialah dimintai untuk memasukkan username dan password yang digunakan.
Masukkan perintah “su”. Perintah su pada Linux digunakan untuk mengubah identitas pengguna yang sedang aktif di terminal menjadi pengguna lain, biasanya untuk mendapatkan akses administratif sebagai superuser (atau root). Perintah su adalah singkatan dari "substitute user" atau "switch user".
Untuk melakukan pengetesan, apakah sistem linux dapat terhubung ke internet, matikan mesin dan ubah Network menjadi bridged adapter. Kemudian, jalankan kembali.
Login kembali dengan memasukkan username dan password pada user debian.
Masuk ke mode su untuk melakukan pengepingan ke server 8.8.8.8.
Selanjutnya, untuk melakukan pengepingan terhadap server google.com, masukkan perintah :
“nano /etc/resolv.conf”
untuk membuka dan mengedit file dengan menggunakan editor teks nano di sistem operasi Linux.
Masukkan perintah nameserver (IP pada perangkat dan pastikan angka dari oktet ke 4 berbeda dari IP real device yang digunakan). Jika sudah, tekan CTRL+X → Y →Enter.
Lakukan pengepingan ke google.com. Dan hasilnya, bahwa sudah berhasil melakukan pengepingan.
Jika sudah berhasil, langkah selanjutnya ialah lakukan upgrade dan install ssh pada sistem operasi clone. Untuk itu lakukan langkah pengklonan sistem terlebih dahulu. Pilih opsi Clone pada sistem operasi debian yang telah dibuat.
Pilih lokasi dan nama untuk melakukan klon. Klik Next untuk melanjutkan.
Pilih tipe Full clone agar seluruh konfigurasi yang sebelumnya dilakukan ada pada sistem clone. Klik Finish untuk membuat clone.
Jika sudah melakukan clone, langkah selanjutnya ialah jalankan sistem operasi debian yang telah diklon, setelah itu login dengan username dan password serta masuk ke menu root. Lakukan install ssh pada file clone tersebut.
Masukkan perintah “apt update” untuk mengupdate seluruh sistem linux.
Jika terdapat tampilan error, yang artinya bahwa tidak terdapat repository cdrom. Untuk itu, lakukan perubahan pada repository tersebut dengan memasukkan beberapa perintah dibawah.
Berikan tanda “#” pada baris perintah awal. dan masukkan perintah
“deb http://kartolo.sby.datautama.net.id/debian/ bullseye main” seterusnya seperti pada gambar, Jika sudah selesai tekan CTRL+X.
Lakukan perintah apt update kembali.
Lakukan penginstalan ssh.
Jika penginstalan ssh telah selesai, lakukan remote server SSH melalui aplikasi PuTTY. Masukkan IP Address server linux yang telah dibuat sesuai pada langkah NO 21 diatas. Pilih Port 22 SSH. setelah itu, klik Open.
Klik Accept untuk melakukan remote.
Masukkan username dan password yang digunakan.
Ketik perintah “ip a” untuk menampilkan IP Addres yang digunakan.
Masukkan perintah “su” untuk memasuki root. Perintah df -h adalah perintah untuk memantau penggunaan ruang disk pada sistem file, untuk mengetahui berapa banyak ruang yang digunakan dan berapa banyak yang tersisa di berbagai partisi dan sistem file.
Lakukan percobaan remote server melalui CMD (Command prompt) pada perangkat PC/Laptop. dengan mengetik perintah :
ssh -l (username server) (IP Address server).
Komentar
Posting Komentar